Pengembangan Materi
Pengembangan
kurikulum di perguruan tinggi saat ini adalah desain kurikulum berbasis
kompetensi (SK Mendiknas 232/u/2000 dan 045/U/2002). Bahkan untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah juga tengah menerapkan desain kurikulum berbasis
kompetensi. Kompetensi sendiri memiliki arti pengetahuan, keahlian, dan sikap
yang dikuasai dalam pembelajaran. Kompetensi juga dapat diartikan kebulatan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkat penguasaan yang diharapkan
dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran (Ditjen Dikdasmen). Salah satu
hal yang perlu dipertimbangkan dalam mencapai suatu kompetensi adalah
pengembangan materi. Merujuk pada model pengembangan kurikulum Tyler, hal yang
harus dilakukan setelah memperoleh target suatu kompetensi, perlu dibuat atau
dirancang suatu materi yang sesuai.
Materi sendiri
dapat diartikan sebagai isi pembelajaran yang berupa pengetahuan, keterampilan,
dan nilai-sikap. Sebagai pengembang kurikulum tentu harus membuat kerangka
konseptual materi yang menentukan esensi materi, kategori pengetahuan, dan ide
pokok. Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam membuat kerangka materi diatas
antara lain, validitas, signifikansi, menarik, mudah dipelajarai, konsisten
dengan realita social, dan berguna.Hal yang harus dilakukan selanjutnya
adalah bagaimana cara pengorganisasian materi. Organisasi materi ini
berhubungan dengan skope dan sekuensi materi. Skope materi merujuk pada makna
kedalaman dan keluasan materi yang diajarkan. Sekuensi materi merujuk pada
urutan penyajian materi (simple ke kompleks, prerekuisit, kronologis,
keseluruhan ke bagian-bagian). Pemahaman mengenai teori belajar dan
pembelajaran yang digunakan mampu mempengaruhi kedua aspek diatas.Hal-hal lain yang mempengaruhi dalam
pengembangan ruang lingkup (skope) sendiri antara lain, waktu, common content (core), kebutuhan khusus
pada peserta didik, integrase, dan evaluasi kelayakan (memadai / tidak). Waktu
dapat berhubungan dengan sistem SKS yang nantinya ditempuh oleh mahasiswa suatu
prodi. Perbedaan jumlah SKS ini akhirnya mengakibatkan pengembangan materi yang
harus diajarkan. Common content (core)
dapat berhubungan dengan esensi materi yang hendak diberikan.Kebutuhan khusus peserta didik
berhubungan dengan siswa/mahasiswa yang memiliki kelebihan tertentu sehingga
memungkinkan untuk mendapat intensitas materi lebih banyak. Integrasi
berhubungan sejauh mana materi yang dikembangkan mampu sesuai dengan realita
social. Kelayakan berhubungan dengan keseuaian esensi materi dengan outcome yang telah ditentukan
sebelumnya, apakah mampu tercapai atau tidak.Selain pertimbangan ruang lingkup (skope), pengembangan materi juga harus
mempertimbangkan struktur (sekuensi) materi.
Struktur materi dapat dikelompokkan menjadi tiga, antara lain hirarkial,
procedural, dan pengelompokkan.
- Hirarkial
Susunan beberapa materi dimana satu atau beberapa materi menjadi prasyarat untuk materi berikutnya. Hal ini dapat diamati pada pembelajaran matematika di sekolah. Jenjang SD siswa akan belajar mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Saat di SMP siswa akan memahami secara lebih kompleks mengenai sistem aljabar dan begitu seterusnya. - Procedural
Kedudukan beberapa materi yang menunjukkan satu rangkaian pelaksanaan kegiatan/pekerjaan, tetapi antar materi tersebut tidak menjadi prasyarat untuk materi lainnya. Hal ini dapat diamati dalam pembelajaran materi Sejarah. Tentu kita akan belajar mulai dari penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, Masa Kemerdekaan, dan seterusnya. - PengelompokkanBeberapa materi satu dengan yang lainnya tidak memiliki ketergantungan, tetapi harus dimiliki secara lengkap untuk menunjang materi berikutnya.
Komentar
Posting Komentar