Langsung ke konten utama

ISLAM, RAHMATAN LIL 'ALAMIN ??




This is Islam ??
“Islam adalah rahmatan lil ‘alamin”. Kalimat yang seringkali kita dengar di sekitar kita sekarang ini. Namun, saat kita bertanya pada muslim lain atau bahkan diri kita sendiri tentang konsep rahmatan lil’alamin, mungkin bingung untuk menjawab. Coba lihat sekitar kita, yang ada sekarang Islam seolah agama yang tertindas atau agama yang radikal. Kasus Palestina, Rohingya, ISIS, menunjukkan bahwa Islam sekarang di satu sisi lemah dan di sisi lain keras atau kejam. Lalu bagaimana dengan konsep awal bahwa Islam adalah agama yang toleransi, membawa kedamaian, jika umatnya saja tidak mencerminkan.
Penulis berpikir bahwa kejayaan Islam di jaman dahulu seolah kebohongan belaka jika melihat realitas sekarang. Mulai dari pembelajaran di jenjang formal, seolah penyampaian yang dilakukan berulang-ulang. Jenjang SD kita belajar tentang salat dan bacaan, di SMP sama hanya ditambah beberapa variable, misal salat jenazah. Maka benar sekarang bahwa pada satu waktu seseorang akan menjadi bosan dan malas untuk belajar Islam karena berpikir, “alah paling juga itu-itu saja”. Khotbah Jumat, pada jaman Rasullulah saw, tentunya menjadi suatu forum yang paling ditunggu atau dinantikan, semua orang bersemangat untuk menyimak informasi penting yang hendak disampaikan oleh Rasullulah, tapi sekarang Khotbah Jumat seolah menjadi hal yang biasa, tidak istimewa, bahkan mungkin banyak yang akhirnya tidur.
Perbedaan pendapat dalam Islam adalah hal wajar. Jaman Rasullulah, segala perbedaan pendapat diselesaikan dengan jalan musyawarah. Bisa kita lihat pada saat selesai Perang Badar, Abu Bakar dan Umar bin Khattab bersengketa mengenai tawanan perang, Abu Bakar berpendapat bahwa tawanan perang harus dibebaskan dan Umar bin Khattab berpendapat bahwa mereka harus dibunuh. Atau pada saat perang Khandaq, dimana Salman Al Farisi dari Persia mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan Rasullulah. Saat Rasullulah berpendapat bahwa untuk melindungi Madinah, maka umat muslim harus membuat benteng yang tinggi, namun dibantah oleh Salman dengan pendapat bahwa benteng yang harus dibangun adalah benteng yang menjulang ke bawah, berbentuk parit.Semua itu diselesaikan dengan jalan musyawarah mengambil keputusan yang palng bisa dipertanggungjawabkan dan tidak meresahkan umat.

Namun, justru sekarang bukan itu yang dilakukan, saat sesame umat Islam berbeda pendapat, yang terjadi sekarang adalah munculnya fitnah yang mengkafirkan, beranggapan bahwa dirinya yang paling benar dan yang lain salah. Akhirnya mengakibatkan bahwa umat Islam sekarang bukan hancur karena eksternal, tapi karena umatnya sendiri. Padahal, dulu saat kasus Aisyah ra dituduh telah berzina, telah dijelaskan bahwa, kita harus mendatangkan 4 saksi yang bisa dipertanggungjawabkan baru bisa dianggap bersalah. Ini menegaskan bahwa saat terjadi perbedaan pendapt kita harus bermusyawarah dahulu, jika memang ingin membuktikan seseorang bersalah pun harus punya dasar yang jelas.
 Bisa kita lihat pada sejarah Aceh jaman penjajahan. Aceh adalah daerah yang paling sulit dihancurkan oleh penjajah karena kekuatan Islam yang bersatu. Namun saat Snouck Hurgronje tiba sebagai seorang muslim yang pulang berhaji. Dia mampu memecah belah kekuatan Islam di Aceh sehingga Aceh mampu untuk ditaklukkan. Sekarang penjajah tidak akan menggunakan cara itu. Cara seperti itu sudah ketinggalan jaman. Sekarang yang terjadi adalah, Islam dihancurkan pemikirannya lewat perkembangan teknologi. Membuat umat Islam terlena dengan segala kenyamanan yang dimiliki sehingga tidak sadar akan perubahan nilai-nilai di sekitanyan dan menganggapnya sebagai hal wajar.  Hal seperti inilah yang terjadi sekarang. Umat Islam terpuruk karena pemikirannya yang sudah nyaman dengan segala kemajuan yang ada. Saat orang barat telah menemukan berbagai produk-produk baru, kita umat Islam di Indonesia mungki masih sampai pada tahap “Bagaimana cara salat yang benar?”.


Coba sekarang kita reflesikan pada diri kita sendiri, bagaimana peran kita sekarang sebagai umat Islam. Kita tidak mengalami kesulitan-kesulitan seperti Rasullulah dan sahabat dahulu. Namun, sekarang kita dihadapkan pada  kenyamanan dan kesejahteraan. Suatu hal yang bisa jadi lebih berat dari kesulitan, karena kita tidak menyadari apa masalah sedang kita hadapi. Cobalah untuk kembali menengok kebelakang, sejarah tidaklah menipu. Islam dahulu berjaya dengan memahami masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Para Rasul melihat adanya aspek jahiliyah pada masyarakatnya. Mereka keluar dari aspek kenyamanan dan melihat, bahkan sampai menyendiri untuk memperoleh jawaban yang pasti. Sekarang terserah pada kalian, “Apakah tetap dalam kenyamanan saat ini atau hendak keluar dari zona nyaman kalian ?”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STANDARISASI EIA

STANDARISASI EIA DAN MAC ADDRESS 48 BI T        A.     EIA 568A dan EIA 568B             EIA merupakan sinonim atau kepanjangan dari Electronic Industries Alliance dan TIA merupakan sinonim atau kepanjangan dari Telecommunication Industry Association. Maksud dari arti EIA/TIA adalah merupakan standarisasi internasional stuktur kabel untuk telekomunikasi. Kabel yang paling sering kita temui adalah jenis UTP, SFTP.               Banyak yang menganggap EIA/TIA hanyalah standart untuk kabel jenis ethernet padahal EIA/TIA lebih global untuk telekomunikasi termasuk transfer voice suara (PABX).           1.       568B - 568A 568B merupakan urutan urutan kabel twisted pair, dalam hal ini kabel UTP atau SFTP.         ...

Arsy ALLAH

Memahami Arsy Allah   Ada sebuah pertanyaan mendasar. Apa yang mula-mula?. Jawabnya adalah Allah. Lantas siapa yang menciptakan alam semsesta beserta isinya?. Jawabnya adalah Allah. Lantas dari apa semua itu diciptakan?. Pasti kita akan menjawab dari Allah. Nah dari paham inilah ada beberapa manusia yang berpaham bahwa jiwa manusia itu bagian kecil dari jiwa Allah. Dan jiwa manusia setelah mati akan kembali berkumpul lagi dalam jiwa Allah. Apa benar?.   QS 112:4 “Tak ada yang setara dan serupa dengan Allah” Ayat diatas menegaskan bahwa tak ada yang setara atau serupa dengan Allah meski sekecil atom. Jadi kita bukanlah bagian dari Tuhan. Lalu kalau begitu dari apa alam semesta dan seluruh isinya diciptakan?. Jawabnya dari Firman. Lantas apa Firman itu?. Jujur mungkin hanya Allah yang tahu substansi Firman itu apa. Firman bisa dipahami sebagai yang menghubungkan Allah dengan ciptaan-NYA. YANG SATU (THE ONE AND ONLY) = ALLAH YANG DUA (SEBAB & AKIBAT) =...

PENGEMBANGAN KURIKULUM

Landasan Pengukur Kurikulum Seperti yang telah kita bahas bersama pada artikel sebelumnya  mengenai pengembangan kurikulum, bahwa pengembangan kurikulum memiliki tahapan yang mengikutinya. Salah satu tahapan tersebut adalah tahap “ Evaluasi ”. Dalam rangka mengevaluasi kurikulum tentunya juga diperlukan landasan atau dasar pengukurnya, untuk pertimbangannya. Selain itu landasan pengukur juga berfungsi sebagai strategi untuk mencapai tujuan. Fatal akibatnya jika landasan ini diabaikan begiru saja. Bisa jadi  suatu kurikulum yang diterapkan tidak akan maksimal. Landasan pengembangan kurikulum terdiri dari beberapa aspek yaitu ; 1) Filosofis, 2) Sosiologis, 3) Psikologis, 4) Yuridis. Landasan filosofis yaitu landasan yang mengacu pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara kita. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut menjadi acuan tercapainya aspek belajar, materi, evaluasi,dan pembelajaran. Landasan Sosiologis mencakup mengenai nila...